This site uses cookies.
Some of these cookies are essential to the operation of the site,
while others help to improve your experience by providing insights into how the site is being used.
For more information, please see the ProZ.com privacy policy.
This person has a SecurePRO™ card. Because this person is not a ProZ.com Plus subscriber, to view his or her SecurePRO™ card you must be a ProZ.com Business member or Plus subscriber.
Affiliations
This person is not affiliated with any business or Blue Board record at ProZ.com.
Services
Translation, Interpreting, Editing/proofreading, Subtitling, Training
Expertise
Specializes in:
History
Music
Environment & Ecology
Government / Politics
Religion
Tourism & Travel
Journalism
Education / Pedagogy
Esoteric practices
Social Science, Sociology, Ethics, etc.
Rates
Payment methods accepted
MasterCard, Wire transfer
Portfolio
Sample translations submitted: 1
English to Indonesian: A History of Knowledge: The Pivotal Events, People, and Achievements of World History – by Charles Van Doren (Chapter 12) General field: Social Sciences Detailed field: History
Source text - English The last decade of the twentieth century has begun. There are fewer than ten years before the third millennium of our era. Those ten years have a magical quality. They may be one of the most dangerous decades in history.
There is something frightening about coming to the end of a millennium, a sense of awful finality about the idea of December 31, 1999. We may begin to wonder, even if we are not usually religious, whether God intended the world to last this long. Are we capable of beginning another millennium? Do we have the strength and the courage? Do we have the will?
Europeans at the close of the tenth century AD were not sure they had the will. From about 950 to 1000, melancholy imbued our ancestors. Madmen ran through the towns and villages, shouting that the world was coming to an end. Some who were not mad feared the madmen might be right. There was a dearth of ingenuity and invention. Many problems seemed to be insoluble. People tried to hang on, hoping that life would not get even worse. They seem to have given up hope that it would get any better.
Outlaws roved through the land, stealing, burning, enslaving. Priests preached sad and somber sermons, warning the people that the last judgment might be at hand, urging them to right their lives and make peace with their neighbors. Most people were reluctant to embark on lengthy enterprises. No one made plans for the future, at least on this earth.
When the millennium arrived and passed without significant incident, the peoples of Europe breathed a sigh of relief. And a primitive energy came boiling up in millions of bosoms. New solutions of old problems became obvious. Why had no one thought of them before? Imaginative political and social arrangements were tested and were often found to work. Artists made new kinds of art, poets wrote new kinds of songs, and philosophers were surprised to discover that there were all kinds of new ideas to be thought.
As a result of this surge of energy, the eleventh century blossomed. The twelfth century proved even better. Perhaps the thirteenth century was the best of all: great cathedrals were completed, universities were founded, men and women set out on travels to visit new places and meet new friends, and towns and cities grew more rapidly than they had for a thousand years. And every summer Norse fishermen sailed westward from Iceland and brought back not just fish but also grapes that they had gathered on the shores of a new land that they told no one about because they did not want to risk spoiling the wonderful fishing.
The last decade of the tenth century – from 990 to 999 – was a dangerous decade. Many individuals suffered from the careless brutality that became endemic, and general hopelessness produced general woe. But there were no nuclear weapons in those days. An individual, no matter how evil, could not destroy the whole world.
Today, a moment of pure malice on the part of any one of a handful of individuals, or perhaps an instance of sheer carelessness by a larger but still small group of people, might end the world. Malice and carelessness are exacerbated in periods of depression. That is why this last decade of the present millennium is a dangerous time in history.
But if the human race can survive the decade, arrive at the millennium, and pass it by without incident, then we can expect something to happen similar to what occurred in the decades after the year 1000. A welling up of energy, an increase in ingenuity and invention, a sense that new ways exist to arrange human affairs, a willingness, even an eagerness, to embrace new solutions to old problems. All of this I expect to be evident. Thus, if we collectively live to see it, the twenty-first century may be one of the most glorious in human history, one of the most exciting, hopeful, and productive.
Translation - Indonesian Dekade terakhir abad kedua puluh telah dimulai. Kurang dari sepuluh tahun menjelang milenium ketiga dalam era kita. Sepuluh tahun tersebut memiliki kualitas magis. Barangkali ia merupakan dekade paling menakutkan dalam sejarah.
Ada hal mencekam seiring kedatangan akhir sebuah milenium, rasa ketegasan yang mengerikan tentang gambaran 31 Desember 1999. Kita mulai penasaran, meski biasanya kita tidak religius, apakah Tuhan bermaksud mengakhiri dunia yang ada selama ini. Apakah kita mampu memulai milenium lainnya? Apakah kita memiliki kekuatan dan keberanian? Apakah kita punya keinginan?
Bangsa Eropa pada akhir abad kesepuluh masehi tidak begitu yakin mereka memiliki keinginan. Dari sekitar tahun 950 hingga 1000, kemurungan jiwa meliputi leluhur kita. Orang gila berlari di seluruh kota dan desa, berteriak bahwa dunia akan segera berakhir. Sebagian orang yang tidak gila pun mulai khawatir seandainya orang gila itu benar. Akal budi dan penemuan ketika itu masih kurang. Berbagai persoalan tampak tak bisa dipecahkan. Orang-orang mulai menunggu nasib, berharap kehidupan tidak semakin buruk. Mereka tampak pasrah berharap semuanya akan menjadi lebih baik.
Orang-orang di luar perlindungan hukum berkelana ke seluruh negeri, kemudian mencuri, membakar, dan memperbudak. Para pendeta memberikan khotbah yang menyedihkan dan suram, memperingatkan orang-orang bahwa hari penghakiman sudah dekat, menghimbau mereka untuk hidup dengan benar dan berbuat baik dengan tetangga mereka. Kebanyakan orang enggan untuk memulai usaha dalam jangka waktu lama. Tiada seorang pun yang menyusun rencana untuk masa depan, setidaknya di bumi ini.
Ketika milenium itu tiba dan dilalui tanpa kejadian penting, orang-orang Eropa bernapas lega. Dan energi yang bersahaja mendidih pada jutaan dada. Solusi-solusi baru terhadap berbagai persoalan lama menjadi jelas. Kenapa tidak seorang pun memikirkannya sebelumnya? Perencanaan sosial dan politik yang imajinatif diujikan dan seringkali bekerja. Para seniman membuat bentuk-bentuk seni yang baru, para penyair menulis lagu-lagu yang baru, dan para filsuf dikejutkan oleh penemuan bahwa terdapat gagasan-gagasan baru untuk dipikirkan.
Akibat dari gelora energi tersebut, abad kesebelas pun mekar. Abad kedua belas bahkan lebih baik. Barangkali abad ketiga belas menjadi yang terbaik: katedral-katedral besar terselesaikan, universitas-universitas didirikan, pria dan wanita mengadakan perjalanan untuk mengunjungi tempat-tempat baru dan bertemu teman-teman baru, kota, besar ataupun kecil, tumbuh dengan cepat dibandingkan pada seribu tahun sebelumnya. Dan pada setiap musim panas, pelaut-pelaut Bangsa Nors berlayar ke arah barat menuju Islandia dan tidak hanya pulang membawa ikan, tetapi juga anggur yang mereka kumpulkan di pantai-pantai daratan baru yang tidak mereka ceritakan kepada siapapun karena mereka tidak ingin mengambil resiko pembusukan dari penangkapan ikan yang luar biasa tersebut.
Dekade terakhir abad kesepuluh –dari 990 hingga 999 –merupakan decade berbahaya. Banyak orang menderita karena kebrutalan serampangan yang menjadi endemic, dan keputusasaan umum yang menghasilkan kesengsaraan. Namun, tidak ada senjata nuklir pada saat itu. Seorang individu, seberapa jahatnya ia, mustahil menghancurkan seluruh isi dunia.
Sekarang, saat-saat kedengkian murni menjadi bagian dari siapapun di antara sedikit orang, atau mungkin suatu contoh ketidakpedulian belaka dari jumlah yang lebih besar di antara kelompok kecil masyarakat, mungkin akan mengakhiri dunia. Kedengkian dan ketidakpedulian memperburuk pada masa-masa depresi. Inilah mengapa decade terakhir milenium saat ini merupakan waktu yang menakutkan dalam sejarah.
Akan tetapi, apabila ras manusia dapat bertahan, mencapai milenium tersebut, dan melaluinya tanpa kejadian, maka kita dapat mengira sesuatu akan terjadi seperti yang pernah terjadi sebelumnya pada decade setelah tahun 1000. Membaiknya energi, peningkatan dalam kecerdasan dan penciptaan, perasaan bahwa cara-cara baru hadir untuk mengatur pekerjaan manusia, suatu kesediaan, bahkan hasrat, untuk merengkul solusi-solusi baru untuk persoalan lama. Semua ini saya perkirakan akan menjadi jelas. Dengan begitu, andai kita secara kolektif hidup untuk melihatnya, abad kedua puluh satu akan menjadi yang paling mulia dalam sejarah manusia, salah satu yang paling menggairahkan, penuh harapan, dan produktif.
More
Less
Experience
Years of experience: 8. Registered at ProZ.com: Oct 2016.